Ngabuburit Ngobrol Politik. Mau Tahu Parameter Penimbang Kontestan Pilgub Kaltim 2018 ?

M-NEWS.ID, SAMARINDA – Pemilu yang kita laksanakan merupakan salah satu proses demokratisasi dalam menemukan format sistem pemilu yang paling cocok, dilihat dari berbagai aspek mulai dari kesejarahan, karakter masyarakat, ragam budaya dan visi misi bangsa indonesia.

Seperti yang disampaikan Ketua Umum Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam Kaltim-Kaltara (Badko HMI Kaltimtara) Erlyando Saputra dalam Diskusi Pemilu garapan HMI Universitas Mulawarman (Unmul) dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kaltim di Garden Cafe, Jalan MT Haryono, Kota Samarinda, Kamis (07/06/2018) lalu.

“Dalam sejarah pemilu di indonesia, kita sudah melewati fase fase demokrasi mulai dari pemilu perwakilan hingga pemilu langsung. Ada sisi sisi yang perlu di kritisi dalam rentan waktu praktik tersebut,” ungkap Nando-biasa disapa.

Lanjutnya, pemilu perwakilan dahulu presiden, gubernur dan bupati dipilih oleh MPR dan DPR sesuai tingkatannya. Sekarang semuanya di pilih langsung.

“Implikasinya, kalau dulu proses politik transaksional terjadi di level legislatif, namun sekarang lebih besar terjadi di masyarakat. Ini turut mengakibatkan demokrasi kita menjadi mahal dan menjadi ancaman masa depan politik para aktivis mahasiswa dan pemuda,” ucapnya.

Menurutnya, pada Konteks Pilgub Kaltim 2018, kita harus cerdas memilih. Pasalnya, ada beberapa indikator yang bisa di pakai sebelum menentukan pilihan Paslon Gubernur Kaltim.

Pertama, melihat jumlah harta kekayaan setiap paslon apakah terjadi kenaikan signifikan pada saat menjabat sebelumnya. Dimana itu akan menjadi indiktor korupsi atau tidak korupsi selama menjabat.

Kedua, bagaimana keberpihakannya terhadap kebijakan-kebijakan yang di keluarkan. Misalnya, bagaimana kebijakan terhadap kesehatan, pendidikan, persoalan air dan bagaimana keberpihakannya atas keberlangsungan lingkungan.

Ketiga, bagaimana pola kontestan dalam mengelola isu-isu atau konten sensitif. Seperti Suku, Agama dan Ras (Sara).

“Apakah kandidat mampu melakukan hormonisasi, atau justru menciptakan potensi gesekan di masyarakat,” ujarnya.

Dan pihaknya menilai, bahwa semua paslon selaku peserta Pilgub Kaltim 2018 belum memperlihatkan keberpihakannya terhadap pemuda dan mahasiswa.

“Dalam dua kali debat yang berlangsung, kami (HMI Kaltimtara) melihat paslon belum menyentuh porsi tersebut. Padahal, mahasiswa dan pemuda adalah Pondasi strategis sebagai bahan material terbaik membangun daerah,” katanya.

Sementara, Ketua Umum HMI Universitas Mulawarman Syahril Samsul mengkritik rendahnya partisipasi masyarakat di kaltim dari waktu kewaktu.

“Tentunya, ini perlu strategi khusus untuk menekan angka golput tersebut,” pungkasnya.

Untuk diketahui, hadir pula dalam Agenda Ngabuburit Sambil Ngobrol Soal Politik bertajuk ‘Pemilih Cerdas Untuk Pemimpin Berintegritas’ yang dipandu Niko Handika selaku moderator, Komisioner KPU Kaltim Viko Januardy dan Komisioner KPU Samarinda Dwi Haryono. (esa/sad)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.